seribu mimpi 98

    Release time:2024-10-07 23:44:09    source:base war th 7 terkuat   

seribu mimpi 98,kedondong togel,seribu mimpi 98Jakarta, CNN Indonesia--

Kapabilitas Secret Service atau Dinas Rahasia Amerika Serikatdipertanyakan usai 'kecolongan' sehingga eks presiden Donald Trumptertembak kala berpidato di Pennsylvania pada Sabtu (13/7).

Telinga kandidat calon presiden AS itu bolong karena peluru. Meski begitu, Trump lolos dari maut.

Saat suara tembakan pertama terdengar, agen Secret Service bergegas mengelilingi podium tempat Trump berada. Anggota lantas menembak pelaku hingga tewas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika ada atap yang berada dalam jangkauan tembak seorang presiden atau calon presiden, maka Secret Service-lah yang harusnya berada di atap tersebut," kata pejabat Gedung Putih di bawah pemerintahan George W Bush yang kini jadi profesor hukum di Universitas Minnesota, Richard Painter.

Jarak 120-150 meter sendiri disebut di luar perimeter Secret Service. Painter pun tak habis pikir dengan alasan tersebut lantaran menurutnya, perimeter pengawasan minimal sejauh mata memandang.

"Penembaknya berada di luar perimeter Secret Service. Perimeter macam apa itu? Kita tahu bahwa orang gila mana pun dapat dengan mudah membeli senapan berkekuatan tinggi di Amerika Serikat. Perimeternya harus sejauh mata memandang," tegas dia, seperti dikutip Channel News Asia.

Painter pun menyebut Secret Service telah melakukan "kegagalan keamanan yang mengerikan."

The Wall Street Journal dan Washington Post juga menilai bahwa insiden Trump ini merupakan kegagalan terbesar Secret Service dalam menjalankan tugas utamanya sejak pembunuhan Presiden Ronald Reagan pada 1981 silam.

Lihat Juga :
5 Fakta soal Pelaku Penembakan Trump Thomas Mathew Crooks

Saat ditanya oleh Washington Post, juru bicara Secret Service Anthony Guglielmi mengonfirmasi bahwa mereka mengandalkan polisi setempat untuk mengamankan bagian-bagian penting dari rangkaian unit perlindungan khusus, termasuk tim serangan balik bersenjata lengkap yang memberikan perlindungan ketika Secret Service mengevakuasi Trump.

Tim anti-sniper yang akhirnya mendeteksi pelaku di atas atap serta membunuh langsung sang pelaku juga merupakan bagian dari polisi setempat.

Ini adalah praktik standar bagi Secret Service untuk meminta polisi setempat mengamankan perimeter luar acara publik yang melibatkan presiden dan pejabat senior. Secret Service seringkali berusaha menambah timnya untuk acara kandidat capres.

Lihat Juga :
Penembak Trump Thomas Crooks Pernah Ditolak Masuk Klub Menembak

Namun, sejumlah ahli mempertanyakan apakah keputusan untuk menambah unit lokal, yang mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang sama dengan agen Secret Service, memicu risiko mengingat profil Trump yang banyak bermusuhan dengan para pengkritiknya.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Menurut mantan pemimpin Secret Service selama masa pemerintahan Presiden Barack Obama, Jonathan Wackrow, prioritas badan tersebut adalah mengatasi ancaman bahwa seseorang bisa mendapatkan akses ke atap dan berhadapan langsung dengan Trump.

Dia berujar hal-hal tersebut adalah nomor satu yang ditekankan oleh para agen dan bisa diselesaikan dengan menempatkan polisi lokal di atap.

Kendati begitu, dia tak memungkiri bahwa risiko mengandalkan polisi setempat yaitu Secret Service merasa perimeter luar telah diurus. Yang jadi masalah adalah para agen Secret Service tidak melulu menginformasikan dan berkoordinasi dengan polisi lokal mengenai apa yang seharusnya aparat setempat lakukan ketika melihat potensi bahaya.

"Ketika Anda mengandalkan mitra penegak hukum setempat, Anda sebaiknya merencanakan dengan hati-hati dan memberi tahu mereka apa yang Anda harap mereka lakukan mengenai ancaman," katanya, seperti dikutip The Washington Post.

Lihat Juga :
Telinga Donald Trump Berdarah usai Penembakan saat Kampanye

Menurut Sheriff Butler County, Michael T. Slupe, petugas lokal-lah yang melihat pelaku penembakan sebelum insiden berlangsung. Polisi setempat itu tidak bisa menghentikannya sehingga penembakan itu pun terjadi.

Saat itu, polisi kota sudah berusaha naik ke atap untuk memeriksa laporan mengenai adanya orang mencurigakan di atas atap. Namun, saat petugas baru mencengkeram tepi atap, sang pelaku menodongkan pistol ke arahnya sehingga ia tak jadi naik.

Tak lama setelah itu, penembakan pun terjadi.

Mantan agen Secret Service, Paul Eckloff, sementara itu membela badan keamanan tersebut. Eckloff menegaskan ada keseimbangan yang dijalankan Secret Service, yakni melindungi tokoh masyarakat sekaligus memastkan kampanye politik berlangsung tanpa hambatan.

"Penting bagi publik untuk memahami ketika Anda melihat tim anti-penembak jitu mengatasi ancaman tersebut, sampai dia mengidentifikasinya sebagai ancaman, orang yang mencurigakan tersebut hanyalah orang biasa dengan jarak 200 yard yang berada di atas atap," ucapnya kepada ABC News.

Lihat Juga :
Hamas Tarik Diri dari Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza

"Jika dia memberi kode netral bahwa itu hanyalah warga sipil tak berdosa yang kebetulan mencoba untuk melihat jelas mantan Presiden Trump (dari atas), kami akan melakukan pembicaraan yang sangat berbeda," lanjut dia.

Anggota parlemen AS sejauh ini menyatakan bakal meluncurkan investigasi tentang bagaimana pelaku bisa berhasil menghindari agen Secret Service.

Anggota parlemen di kedua partai meminta Direktur Secret Service Kimberly Cheatle untuk mempertanggungjawabkan keputusan badan itu karena mungkin telah menyerahkan tanggung jawab utama kepada otoritas setempat.