keluaran batavia 1

    Release time:2024-10-08 02:06:06    source:bni4d login   

keluaran batavia 1,sawah 2d togel,keluaran batavia 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Proses pemilihan Paus bukan hanya sekadar ritual religius, melainkan juga sebuah tradisi yang telah terjaga selama berabad-abad.

Menurut united States Conference of Catholic Bishops pemilihan Paus baru dimulai setelah kematian atau pengunduran diri Paus sebelumnya, dengan para Kardinal di bawah usia 80 tahun berkumpul untuk memilih di Kapel Sistina. 

Setiap kali seorang Paus wafat atau memutuskan untuk mundur, seperti yang terjadi pada Paus Benediktus XVI pada 2013, seluruh dunia Katolik menantikan siapa yang akan dipilih sebagai penerusnya.

Baca:
Ternyata Fransiskus Bukan Nama Asli Paus, Begini Awal Ceritanya

Kardinal sebagai Pemilih Utama
Pemilihan Paus dilakukan oleh para Kardinal yang tergabung dalam College of Cardinals. Saat ini, hanya Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang diizinkan untuk memberikan suara. Meski pada prinsipnya Paus bisa dipilih dari kalangan pria Katolik mana pun, kenyataannya sejak 1378, semua Paus yang terpilih berasal dari kalangan Kardinal itu sendiri. 

Pada saat pemilihan, Kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan. Mereka akan menjalani serangkaian pertemuan yang disebut "congregations"untuk mendiskusikan tantangan yang dihadapi Gereja dan mempersiapkan pemilihan yang dikenal dengan nama conclave.

BBC mengungkapkan bahwa seluruh proses pemilihan Paus berlangsung dengan penuh kerahasiaan di dalam conclave, di mana Kardinal memberikan suara mereka hingga salah satu kandidat mencapai dua pertiga suara untuk terpilih sebagai Paus. 

Seluruh proses ini diwarnai dengan doa dan refleksi mendalam, di mana mereka memohon bimbingan Roh Kudus dalam menentukan pilihan mereka.

Adapun para kardinal di Indonesia adalah Mgr. Justinus Darmojuwono (1967), Mgr. Julius Darmaatmadja (1994) dan Mgr. lgnatius Suharyo (2019).

Baca:
Deret Kesederhanaan Paus Fransiskus: Arloji Ratusan Ribu - Naik Innova

Ritual dan Kerahasiaan di Balik Konklaf
Setelah masa persiapan, para Kardinal akan memasuki Kapel Sistina untuk memulai proses pemilihan yang penuh rahasia. Tidak ada kontak dengan dunia luar yang diizinkan, dan setiap Kardinal harus bersumpah untuk menjaga kerahasiaan.

Mereka kemudian memberikan suara dalam beberapa putaran setiap hari hingga salah satu kandidat memperoleh dua pertiga suara.

Setiap putaran suara yang tidak berhasil memilih Paus baru akan menghasilkan asap hitam dari cerobong Kapel Sistina, menandakan bahwa belum ada keputusan yang tercapai.

Sebaliknya, asap putih yang muncul akan menjadi tanda bahwa Paus baru telah terpilih, yang segera diumumkan kepada dunia dengan deklarasi terkenal, "Habemus Papam"-"Kita memiliki Paus".

Pilihan Nama dan Penampilan Perdana
Setelah terpilih, Paus baru akan ditanya apakah ia menerima pemilihannya. Jika ia menerima, Paus tersebut akan memilih nama yang akan digunakannya selama kepemimpinannya-sebuah tradisi yang menghubungkan kepemimpinan baru dengan warisan Paus sebelumnya.

Paus memiliki nama asli dan nama setelah dipilih sebagai pemimpin tertinggi umat Gereja Katolik. Ini merupakan tradisi di Gereja Katolik. Tidak ada hukum kanon yang mengharuskan seseorang mengambil nama yang berbeda setelah menjadi Paus.

Nama-nama yang dipilih Paus memiliki makna masing-masing yang selaras dengan misinya. pemilihan nama Paus telah ada selama berabad-abad silam.

Tradisi ini dimulai sejak abad ke-enam. Tepatnya oleh Paus ke-56 yang bernama Mercurius memilih nama Paus Yohanes II.

Baca:
Pahami Disini! Perbedaan Pastor dan Uskup Dalam Gereja Katolik

Tradisi mengganti nama asli tidak serta merta langsung diikuti oleh para Paus selanjutnya. Catalino adalah Paus berikutnya yang menjalankan tradisi ini setelah pergantian empat Paus, Catalino yang menjabat pada tahun 561 hingga 574 memilih nama Yohanes III.

Setelah Paus Yohanes III, tradisi ini dipelihara dengan masing-masing tidak memilih nama Paus terbaru, melainkan melanjutkan nama Paus yang ada. Meskipun demikian, beberapa Paus terpilih memilih nama Paus baru. Salah satunya adalah Jose Mario Bergoglio yang memilih nama Fransiskus (dari Asisi).

Setelah itu, Paus baru akan tampil untuk pertama kalinya di balkon Basilika Santo Petrus, memberikan berkatnya kepada kota Roma dan seluruh dunia.

Proses pemilihan Paus adalah paduan antara tradisi, spiritualitas, dan kebijaksanaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun dunia telah banyak berubah, ritual pemilihan Paus tetap menjadi saksi bisu dari sejarah panjang Gereja Katolik yang penuh dengan makna dan harapan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">