klasmen liga 1 bri hari ini

    Release time:2024-10-08 05:33:30    source:buku mimpi gunung meletus   

klasmen liga 1 bri hari ini,bandar bola 855,klasmen liga 1 bri hari iniJakarta, CNN Indonesia--

Korea Selatan digegerkan kemunculan ratusan grup Telegramyang menyebarkan konten pornografi deepfake di kalangan pelajar hingga mahasiswa.

Deepfake merupakan salah satu produk kecerdasan buatan(AI) yang bisa membuat foto, audio, hingga video palsu tampak seperti asli dan meyakinkan.

Lihat Juga :
Daftar Negara Pemasok Senjata Hizbullah yang Terus Gempur Israel

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, berita soal keberadaan chatrooms Telegram ini sudah terendus pihak berwenang hingga beberapa korban telah melapor. Namun, perhatian terhadap kasus deepfake yang menargetkan perempuan Negeri Ginseng ini belum begitu menjadi perhatian.

Dalam ratusan chatrooms Telegram ini, para anggotanya banyak yang membuat dan menyebarkan foto porno deepfake kerabat, kolega kerja, hingga anggota keluarganya yang diambil dari akun-akun pribadi media sosial para korban. Salah satu grup dilaporkan beranggotakan hingga 133 ribu orang.

Dikutip Korea JoongAng Daily,ada sekitar 300 sekolah, dari SD hingga universitas, di seluruh Korsel terseret dalam obrolan di ratusan chatrooms tersebut.

Polisi Korsel dikabarkan sedang menyelidiki penyebaran grup-grup pornografi ini di sekolah-sekolah di seluruh negeri, termasuk sekolah dasar. Saat ini, investigasi disebut berlangsung di Ibu Kota Seoul, Incheon, dan Jeolla Selatan.

Lihat Juga :
Kejahatan Seks Deepfake Hantui Remaja hingga Tentara Korea Selatan

Daftar sekolah yang terseret ini pun viral setelah salah satu akun menyebarkannya di X selama akhir pekan kemarin.

Pakai foto teman hingga saudara perempuan

Menurut sejumlah akun anonim yang pertama menyebarkan datar ini di X, para anggota di beberapa chatrooms Telegram ini tidak hanya membagikan foto kenalan mereka seperti teman sekelas dan guru, tapi juga anggota keluarga seperti saudara perempuan dan bibi mereka untuk dijadikan konten pornografi deepfake.

Tak hanya itu, para anggotanya juga tak segan menyebarkan informasi dan identitas pribadi para korban di grup-grup tersebut.

Sejauh ini, sejumlah korban sudah melapor kepada pihak berwenang. Polisi juga mengklaim telah menangkap 14 remaja berusia 14 tahun hingga lebih yang terlibat dalam chatrooms tersebut.

Dilansir The Korea Times, Dewan Siswa dari beberapa sekolah di Seoul dan Provinsi Gyeonggi, termasuk Sekolah Menengah Atas Desain Hongik, telah mengeluarkan peringatan di akun media sosial mereka berisikan peringatan

"Saat ini, gambar deepfake yang menggunakan foto siswa Sekolah Menengah Atas Desain Hongik dan informasi pribadi mereka dibagikan di Telegram," bunyi pemberitahuan itu.

Pemberitahuan tersebut mendesak siswa untuk menghapus atau menghindari mengunggah foto diri mereka secara daring guna mencegah menjadi korban kejahatan deepfake.



Menyeret sekolah ternama

Tak sedikit korban kejahatan deepfake ini merupakan siswi dan mahasiswi sekolah sampai kampus ternama.

Dikutip Hankyoreh, sejumlah mahasiswi lulusan Seoul National University (SNU) menjadi korban kejahatan deepfake dalam chatrooms Telegram ini. Pelaku diyakini kerabat satu kampusnya.

SNU merupakan salah satu kampus paling bergengsi di Korsel.

Salah satu korban dengan nama samaran Ruma adalah satu dari beberapa lulusan SNU yang wajahnya menjadi konten deepfake teman sekampusnya.

Pada Juli 2021, Ruma mengaku menerima konten deepfake wajahnya dari seorang anonim di Telegram. Ruma pun melaporkan kasus ini ke aparat berwenang.

Pilihan Redaksi
  • Bos Hamas Yahya Sinwar Pakai Baju Wanita Demi Sembunyi dari Israel
  • Alasan Hamas Kembali Tolak Syarat Gencatan Senjata di Gaza
  • Saudi Kecam Rencana Menteri Israel Bangun Sinagog di Masjid Al Aqsa

"Kami bukan pelacur atau wanita jalang; kami tidak ada untuk memuaskan hasrat seksual seseorang. Kami manusia yang bermartabat, masing-masing dengan karier dan impian kami sendiri," ucap Ruma dalam suratnya kepada pengadilan Korea.

Polisi menangkap dua pelaku yang ternyata lulusan dari kampus yang sama pada Mei 2024, tiga tahun setelah Ruma mengalami kejadian itu.

Para pelaku saat ini diadili setelah dinyatakan melanggar Undang-Undang tentang Kasus Khusus Mengenai Hukuman Kejahatan Seksual.

(rds/rds)