keluar cambodia

    Release time:2024-10-07 23:49:26    source:doa memancing ikan   

keluar cambodia,lampungtoto,keluar cambodiaJakarta, CNN Indonesia--

Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta menjadi sorotan usai menyebut nama Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pekan lalu.

Dalam pidato itu, Horta menyampaikan terima kasih ke Jokowi atas keketuaan Indonesia di ASEAN yang berhasil membuat road map untuk Timor Leste. Peta jalan itu menjadi panduan Timor Leste sebelum menjadi anggota penuh di blok ini.

Terlepas dari itu siapa sebetulnya Jose Ramos Horta?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Putin Diburu, Giliran Rusia Balas Masukkan Presiden ICC ke DPO
  • Ramos Horta Puji Jokowi, Kenapa Pemimpin Timor Leste Dekat dengan RI?
  • Mengenal Five Eyes, Intelijen yang Sebut India Bunuh Tokoh Sikh

Ia terlempar ke negara orang karena lantang mengkritik koloni yang dianggap gagal dalam menangani keterbelakangan pembangunan dan kemiskinan.

Timor Leste sempat dijajah Portugal pada abad ke-16 hingga 1975. Pada 1975, pemerintah koloni menarik pasukan mereka ke Pulau Atauro usai perang saudara berkecamuk di wilayah tersebut.

Ketika itu, dua partai terbesar di Timor Leste, Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin) dan Uni Demokratik Timor (UDT) menjadi peserta di pemilihan umum negara tersebut. Mereka membentuk koalisi, tetapi tak bertahan lama, demikian dikutip The Guardian.

Pertempuran pun pecah dan terjadi percobaan kudeta dari UDT. Namun, 28 November 1975, Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak.

Di sisi lain, Portugal sedang gonjang-ganjing setelah kudeta sayap kiri di Lisbon atau yang dikenal Revolusi Bunga. Aksi ini menyebabkan Portugal meninggalkan pos-pos koloni mereka.

Portugal menarik personel administratif dan militer termasuk dari Mozambik, Angola, dan wilayah yang saat itu disebut Timor Portugis.

[Gambas:Video CNN]


Tak lama usai deklarasi Fretilin, Portugal melepaskan wilayah itu. Mereka juga tak mendapat jawaban bala bantuan usai Timor Leste bergejolak.

Pada Desember 1975, Indonesia melancarkan Operasi Seroja hingga 1999.

Tiga hari sebelum invasi, Ramos-Horta mengasingkan diri ke luar negeri untuk bergerilya dan mencari dukungan. Ia tak mengangkat senjata, tetapi meninggalkan Timor Leste sebagai menteri luar negeri dalam pemerintahan yang dibentuk gerakan pembebasan Fretilin.

Lihat Juga :
China Klaim Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebagai Prestasi

Selama dua puluh tahun berikutnya, Ramos Horta berkeliling dunia untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Timor Leste, terutama di PBB.

Ia menjadi orang termuda yang berpidato di PBB. Di kesempatan tersebut, Ramos Horta meyakinkan perwakilan PBB untuk mengeluarkan resolusi yang mendukung kemerdekaan Timor-Leste.

"Meskipun menang, Indonesia tetap melanjutkan pendudukannya, sehingga ia terus mendesak PBB dan para pemimpin dunia lain untuk meyakinkan Indonesia agar memberikan kebebasan kepada Timor Leste," demikian laporan situs pemantau hak asasi manusia,humanrights.com.

Pada pertengahan 1980-an, Ramos Horta mulai menganjurkan dialog dengan Indonesia. Pada 1992, ia menyampaikan rencana perdamaian.

Isi usulan damai itu yakni proposal konkret untuk kerja sama kemanusiaan dengan Indonesia dan kehadiran internasional yang dipimpin PBB. Ini menjadi dasar penarikan pasukan Indonesia dan penentuan nasib sendiri bagi rakyat Timor Leste, demikian dikutip Nobel Prize.

Lihat Juga :
Komandan Armada Laut Hitam Rusia Tewas Dihantam Rudal Ukraina

Pada 1999, warga Timor Leste melakukan referendum. Sebanyak 78,5 persen warga Timor Timur memilih lepas dari Indonesia. Barulah pada 2002, Timor-Leste meraih kemerdekaan setelah PBB mengakui kemerdekaan dan kedaulatan negara ini.

Lalu pada 2006, Ramos Horta diangkat menjadi Perdana Menteri Timor-Leste, dan terpilih sebagai Presiden pada 2007 hingga 2012. Ia kembali mengamankan kursi kepresidenan pada Mei 2022.