paito mongolia

    Release time:2024-10-07 21:42:58    source:sipeci   

paito mongolia,ligamansion rtp,paito mongolia

Jakarta, CNBC Indonesia- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pertumbuhan tabungan masyarakat dengan tiering nominal kurang dari Rp100 juta melambat signifikan. 

Pertumbuhan tabungan masyarakat yang kurang dari Rp100 juta dari Juli 2019 hingga Juli 2021 tercatat sebesar 18,7%. Sementara masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta pada periode yang sama bertumbuh 24%.

Sementara itu tabungan kurang dari Rp 100 juta pada Juli 2021 hingga Juli 2024 hanya tumbuh 11,9% yoy, sedangkan tabungan Rp 100 juta hingga Rp 200 juta hanya naik 13,3% yoy. 

Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp 5 miliar atau yang banyak diisi oleh pihak korporasi, justru cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Pada Juli 2019 hingga Juli 2021 tercatat mengalami kenaikan sebesar 36,8% dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 kembali bertumbuh bahkan lebih tinggi yakni sebesar 33,9%.

Pun pertumbuhan tiga tahunan pada Juli 2024 membentuk piramida terbalik atau semakin besar jumlah tabungan di rekening, semakin besar pula pertumbuhannya. 

Data itu kemudian diperkuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.

Jutaan warga kelas menengah di Indonesia rentan 'turun kasta' ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%. Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas.

Pilihan Redaksi
  • Bank Papan Tengah Lagi Berebut Nasabah Kaya
  • Mimpi Prabowo Ini Terancam Gagal Jika PPN Naik Jadi 12%
  • Kelas Menengah Turun Kasta, Mal Ini Paling Terkena Dampak

Direktur Distribution and Institutional Funding BTN Jasmin mengakui bahwa pertumbuhan dana ritel kelas atas mengalami kenaikan.

"Trennya [pertumbuhan simpanan di BTN] sama ya, dengan bank lain. Yang Rp5 miliar ke atas tumbuh, yang Rp100 juta turun," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia,  dikutip Jumat (13/9/2024).

Fenomena ini tidak menjadi masalah bagi likuiditas perbankan, terlebih pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan masih mencukupi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Juli 2024, DPK sebesar Rp 8.687 triliun, naik 7,72% yoy. Meskipun secara bulanan, DPK mengalami kontraksi sebesar 0,4%.

Namun, Jasmin menyebut jika tren kelas menengah turun kelas berlanjut dan mempengaruhi kemampuan mereka menabung, bakal berpengaruh terhadap kualitas kredit mereka.

Itu senada dengan yang dialami Bank Negara Indonesia (BNI). Direktur utama bank pelat merah tersebut, Royke Tumilaar mengakui fenomena ini sangat berpengaruh terhadap kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari kredit segmen usaha kecil menengah (UKM).

Kendati demikian, jumlah pertumbuhan tabungan di BNI secara keseluruhan tetap terjaga karena lagi-lagi, ditopang tabungan nasabah kaya yang meningkat.

"Tabungan dan kredit konsumtif tidak terlalu [terdampak fenomena kelas menengah dan daya beli menurun] karena segmen menengah atas masih OK," pungkas Royke.

Presiden DirekturBCA Jahja Setiatmadja mengatakan fenomena pertumbuhan tabungan saat ini merupakan dampak kelanjutan dari krisis akibatpandemiCovid-19. "

"Ini yang disebut K shaped," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2024).

Istilah yang dimaksud Jahja itu merujuk pada jenis pemulihan berbentuk 'K' atau K-shaped recovery. Artinya, ada industri yang cepat pulih dan diuntungkan dan ada pula yang malah tertatih-tatih dan dirugikan.

Secara visual, bentuk pemulihan tersebut tampak bercabang dan menyerupai dua lengan huruf 'K', di mana ada sekelompok industri yang mengarah ke arah atas atau positif dan sisanya menjadi lengan bawah huruf 'K' alias ke teritori negatif. Dengan kata lain, kelas menengah dan industri tertentu memang mengalami keuntungan sementara kelas bawah dan industri tertentu terpuruk.


(mkh/mkh) Saksikan video di bawah ini:

Video: Perkuat Bisnis Konsumer, Bank "Incar" Nasabah Gen Z & Milenial

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Bankir Beberkan Bukti Kelas Menengah RI Makin Susah!