china kang paito

    Release time:2024-10-09 22:37:51    source:erek erek54   

china kang paito,champion futsal malang,china kang paitoJakarta, CNN Indonesia--

Dua megathrust terdeteksi mengapit wilayah DKI Jakarta dengan salah satunya bisa pecah kapan saja hingga memicu tsunami.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan Ketua Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Subardjo dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018 silam.

"Berdasarkan segmentasi megathrust pada Peta Gempa Bumi Nasional pada tahun 2017, kita ketahui ada dua megathrust yang dekat dengan Jakarta, yang bisa mempengaruhi kerusakan bangunan atau infrastruktur yang ada di Jakarta," kata Subardjo saat itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan kita memasang jaringan seismograf bawah laut atau OBS (ocean-bottom seismometer, alat pengkur gempa bawah laut) yang dipasang di sekitar Selat Sunda sampai selatan Sukabumi, itu dalam rangka melihat aktivitas dua megathrust tersebut," tuturnya.

Subardjo mengatakan aktivitas Megathrust Jabar-Jateng ini sudah cukup diketahui sejak tahun 2000, dari sejumlah peristiwa gempa, baik gempa Pangandaran, Tasik, dan Lebak.

"Namun demikian, yang jadi kekhawatiran bagi para ilmuwan adalah Megathrust Selat Sunda. Kenapa? Karena megathrust Selat Sunda sepanjang kurang lebih 350-550 kilometer sampai sekarang ada kekosongan gempa atau seismic gap," ujar dia.

Lihat Juga :
Kapan Megathrust di Indonesia 'Pecah'?

Seismic gapmerupakan zona sumber gempa potensial namun belum mengalami gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir.

Megathrust Selat Sunda punya panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun, dan tercatat pernah 'pecah' pada 1699 dan 1780 dengan Magnitudo 8,5.

"Jika terjadi, Megathrust Selat Sunda itu berpotensi gempa dengan 8,7 SR, setara dengan 9.0 Magnitude Moment atau MW. Itu setara dengan gempa di Aceh (Desember 2004), sehingga akan menimbulkan tsunami," kata Subardjo.

"Tapi yang menjadi kekhawatiran bagi kita adalah bukan tsunaminya, tapi getarannya atau goncangannya, mengingat jarak antara Megathrust Selat Sunda dengan Jakarta itu sekitar 200-250 km, di bawah tanah Jakarta itu adalah tanah endapan atau aluvial yang bisa menimbulkan amplifikasi atau pun besaran-besaran amplitudo," lanjut dia.

Lihat Juga :
Mengingat Megathrust, 'Peneror' Jakarta yang Tak Bisa Diprediksi

Sri Widiyantoro, ahli Seismolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), juga mengkhawatirkan gempa akibat 'pecahnya' Megathrust Jawa Tengah bagian barat dan berdampak ke Jakarta.

"Jaraknya ke Jakarta memang tidak terlalu dekat, tapi tidak jauh juga jarak 200-300 km itu termasuk dekat, karena gempa Tohoko tahun 2011, itu Tokyo yang jaraknya 400 km dari pusat gempa mengalami goncangan yang sangat kuat," papar Widiyantoro dalam acara yang sama.

Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengatakan prediksi dari para ahli itu sekadar peringatan agar semua pihak tetap mewaspadai potensi gempa besar. Menurutnya temuan para ahli itu bukan untuk menakut-nakuti warga.

Menurut dia persoalannya dari hasil studi tersebut adalah tidak ada kepastian kapan gempa besar imbas megathrust itu akan terjadi. Sebab, sampai saat ini, belum ada satupun pihak yang dapat memprediksi kapan gempa bakal terjadi.

"Persoalannya adalah, kepastian kapan gempa itu terjadi, kemudian berapa kekuatannya, apakah 8,7 atau apakah hanya 6 magnitudo, belum mencapai 8,7."

"Yang kita masih bisa memastikan, yang pasti adalah akan terjadi, tapi kapan, berapa kekuatannya, apa impact-nya, itu kita masih belum bisa memastikan," kata Dwikorita.

Menurutnya, hal ini bisa menjadi pijakan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk mengambil langkah mitigasi yang tepat terkait potensi gempa besar ini.

"Kami mohon, dari BPBD atau Pemprov DKI, mumpung belum terlanjur, dapat segera menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mitigasinya."

"Mulai dari mengaudit gedung-gedung yang ada di DKI ini, banyak gedung tinggi, tapi apakah konstruksinya sudah benar-benar bangunan yang di daerah rentan gempa," jelasnya.

BMKG belakangan juga mengingatkan potensi gempa dari dua megathrust yang sudah lama tak melepaskan energi besarnya, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," kata Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, kedua segmen megathrust itu terakhir kali gempa lebih dari dua abad silam.

[Gambas:Video CNN]



(tim/dmi)