klasemen liga korea 1

    Release time:2024-10-08 05:40:50    source:nation 889   

klasemen liga korea 1,bpotelpro,klasemen liga korea 1

Jakarta, CNBC Indonesia -Ekonom senior Didik J. Rachbini meminta pemerintah untuk tidak lagi membandingkan rasio utang Indonesia dengan negara maju, seperti Jepang. Menurut dia, perbandingan tersebut tidaklah setara.

Didik mengatakan rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) memang tidak setinggi Jepang. Namun, kata dia, bunga utang yang harus dibayarkan Indonesia jelas lebih tinggi dari Jepang.

"Jika pemerintah menyebut rasio utang terhadap PDB belum 100%, maka kalau dibandingkan dengan Jepang, meskipun utang Jepang 100%, tapi kalau bunganya 0,7-0,9%, maka pembayaran bunganya saja akan kecil," kata Didik dalam diskusi virtual berjudul Warisan Utang Jokowi dan Prospek Pemerintahan Prabowo dikutip Senin, (17/9/2024).

Baca:
Gejala 'Resesi Seks' di Jepang Kian Nyata, Negara Krisis Anak Muda

Didik mengatakan dengan bunga yang relatif kecil, maka setiap kali Jepang mengambil utang Rp 500 triliun, maka mereka hanya perlu membayar bunga utang sebesar Rp 30-40 triliun per tahun.

Sementara itu, kata dia, Indonesia harus membayar lebih tinggi karena menawarkan imbal hasil yang lebih besar untuk setiap surat utang yang diterbitkan. Dia mengatakan dengan jumlah utang sekitar Rp 8.500 triliun saat ini, pemerintah harus membayarkan bunga utang sebesar Rp 500 triliun per tahun.

"Indonesia dengan utang Rp 8.500 triliun sekarang, maka kita harus membayar (bunga utang) Rp 500 triliun," kata Didik.

Baca:
Industri Manufaktur RI Makin Genting, Badai PHK Tak Terbendung

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, Jepang memang menjadi negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia. Rasio utang terhadap PDB Jepang mencapai 261,3%. Level ini mengalahkan Amerika Serikat yang berada di posisi ke-9 dengan rasio utang terhadap PDB 121,31%.

Sementara jumlah utang Indonesia mencapai Rp Rp 8.253,09 triliun per Januari 2024. Menurut Lembaga Moneter Dunia (IMF) Indonesia menempati urutan ke-114 dengan ukuran utang dibandingkan PDB pada 2022, yakni dengan 40,14%.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan rasio utang terhadap PDB sebenarnya tidak bisa menjadi satu-satunya patokan untuk menilai level utang Indonesia. Dia mengatakan IMF juga menggunakan rasio utang terhadap penerimaan atau Debt-to-Service Ratio (DSR) untuk menilai aman tidaknya level utang sebuah negara.

Menurut Eko, dengan utang Indonesia yang mencapai Rp 8.000 triliun maka rasio utang terhadap pendapatan Indonesia mencapai 300%. Dia menilai level itu telah melanggar aturan IMF yang menyebut batas aman DSR adalah 150%. "Kita sudah dua kali lipat," katanya.


(rsa/haa) Saksikan video di bawah ini:

Video: Bom Peninggalan Perang Dunia II Tiba-tiba Meledak di Jepang

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article IMF Bawa Kabar Baik, Momok yang Ditakuti Dunia Mulai Melemah