lextoto slot

    Release time:2024-10-09 08:52:51    source:gambar yolla yuliana   

lextoto slot,racuntoto org,lextoto slotYogyakarta, CNN Indonesia--

Arkeolog Universitas Gadjah Mada (UGM) meminta rencana pemasangan chattra pada Candi Borobudur tak cuma ditunda, melainkan dihapus sepenuhnya.

"Jangan berhenti di situ [penundaan], saya minta dihentikan," kata Dosen arkeologi UGM, Niken Wirasanti dalam acara Diskusi Permasalahan Rencana Pemasangan Chattra Borobudur di FIB UGM, Kamis (12/9).

Niken mengatakan rencana pemasangan chattra ini terus saja digaungkan beberapa tahun ini. Keinginan dan permintaan untuk memasang kembali chattra mulai muncul sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, dalam beberapa tahun terakhir wacana ini mengemuka lagi. Padahal, keberadaan chattra yang kini tersimpan di Museum Karmawibangga sudah dianggap menimbulkan polemik sejak dulu.

Niken mengatakan ketika dirinya tergabung dalam dalam proyek pemugaran Borobudur bersama Kepala Lembaga Purbakala, mendiang Soekmono dan beberapa arkeolog senior lain medio 80-an, disepakati bahwa chattra hasil rekonstruksi Theodoor van Erp seharusnya disingkirkan.

"Sudah mendiskusikan bahwa chattra itu harus segera dibuang," ujar Niken.

Niken menegaskan, pemasangan chattra pada stupa inti oleh van Erp yang dijadikan rujukan sekarang ini jelas-jelas keliru.

Lihat Juga :
Chattra Batal Dipasang di Candi Borobudur

Buktinya, insyinur Belanda itu sendiri menyatakan penyesalannya karena menilai pemasangan chattra menyalahi otentisitas candi sehingga dilepas lagi.

"Pak Soekmono sendiri (bilang), wes gek ndang dibuang, beliau mengatakan jangan menjadi polemik lagi ini," katanya.

"Maunya kita, keinginan banyak pihak ini bisa jadi pembelajaran jangan terulang lagi memasang chattra itu, tapi yang terjadi orang berpikir berbeda. 'Oh, dulu pernah dipasang van Erp', (wacana) dipasanglah lagi," sambungnya.

Niken pun mempertanyakan urgensi pemasangan chattra ini. Intinya, secara akademis dan prinsip pemugaran, pemasangan chattra tidak bisa dilakukan.

"Prinsip mugar itu jangan ada yang palsu, jangan menambah, tapi mengembalikan ke bentuk semula," pungkasnya.

Lihat Juga :
Rencana Pemasangannya di Borobudur jadi Polemik, Apa Itu Chattra?

Wajah asli Borobudur tanpa chattra

Aditya Revianur, dosen Arkeologi UGM lainnya, juga sepakat wacana pemasanan chattra ini dihentikan. Pasalnya, bentuk asli stupa inti Candi Borobudur memang tanpa chattra jika mengacu ke relief Gandawyuha.

"Di relief Gandawyuha itu memperlihatkan bahwa stupa besar [Borobudur] itu tidak ada chattra-nya, dan kita bisa melihat di Borobudur di masa lalu kemungkinan besar tidak ada chattra-nya," kata Aditya.

Aditya meyakini, para pendiri memahami kondisi alam dan geografi lokasi Candi Borobudur berdiri. Macam banyaknya petir hingga kawasan yang rentan diguncang gempa bumi.

Arsitektur Borobudur diyakini paham pemasangan chattra pada stupa inti apabila tersambar petir atau diguncang gempa maka hanya akan membahayakan orang-orang di bawahnya.

Lihat Juga :
Hasil Kajian BRIN Tak Rekomendasikan Pemasangan Chattra di Borobudur

Selain itu, kata Aditya, pada stupa inti juga tidak ditemukan sambungan yang membuktikan bahwa tak ada desain atau jejak pemasangan chattra.

Lagipula, kuat kemungkinan bahwa chattra hasil rekonstruksi van Erp bukan berasal dari batuan atau struktur asli stupa inti. Melainkan, material stupa-stupa kecil di area bawah Candi Borobudur.

"[Chattra] yang disusun van Erp itu kan menemukannya tidak di bagian teras atas Borobudur, tapi di bagian bawahnya. Nah, itu belum tentu di bagian Borobudur juga, soalnya dulu di sekitar Borobudur sudah ada stupa kecil-kecil. Tapi kan rusak kemudian diurug lagi, nah bisa jadi chattra yang disusun van Erp itu bagian dari stupa kecil-kecil di sekitar Borobudur. Soalnya berdasarkan bukti arkeologi, stupa kecil memang ada chattra-nya," papar Aditya.

"Van Erp pun juga tidak yakin, soalnya saat stupa [chattra] yang disusun dia pada zaman Belanda dulu itu dipasang di bagian yastinya, ternyata itu tidak pas, tidak cocok, sehingga diturunkan lagi. Karena itu dia menyadari salah di sana. Karena sudah ada bukti-bukti itu maka tidak sepantasnya untuk dipasang, dan itu tidak mengurangi keutamaan Candi Borobudur itu sendiri," tuturnya.

Instalasi chattra atau payung di stupa induk Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah batal dipasang karena masih membutuhkan kajian lebih mendalam terkait autentisitas chattra Borobudur.

Chattra yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024 pun akhirnya harus mengalami penundaan.

Temuan hasil kajian teknis dan Detailed Engineering Design (DED) yang disusun oleh tim ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyimpulkan perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang autentisitas chattra.

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI dalam hal ini melakukan tujuh upaya strategis dalam menyikapi penundaan instalasi chattra tersebut.

"Berdasarkan hasil kajian teknis yang komprehensif, meliputi pengamatan langsung, pengukuran, pengujian, serta penghitungan dan analisis kekuatan, (ditemukan) bahwa kondisi material chattra ada yang tidak utuh atau terbagi banyak bagian batu dan batu bahan material tidak memiliki kait antarbatu. Maka, memerlukan tahapan yang harus dikoordinasikan sesuai ketentuan yang berlaku," kata Juru Bicara Kemenag RI Sunanto melalui keterangan di Jakarta.

(kum/dmi)