hasil copa libertadores

    Release time:2024-10-08 00:01:56    source:jambu togel   

hasil copa libertadores,kode alam motor jatuh,hasil copa libertadoresJakarta, CNN Indonesia--

Orang-orang Samaria dikenal hidup di perbatasan Israel-Palestina.

Komunitas ini bermukim di Bukit Gerizim, dekat Kota Nablus, Tepi Barat, dan melakukan ritual keagamaan Samaria di sana.

Lihat Juga :
Kenapa Bentuk Bendera Nepal Beda dengan Negara Lain?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka menolak menganggap Kota Yerusalem sebagai tempat suci dan melihat arus utama Yudaisme kontemporer sebagai penyimpangan dari ajaran Nabi Musa dan para nabi Perjanjian Lama.

Orang Samaria mengklaim masih memiliki salinan Taurat tertua yang berasal dari 3.600 tahun lalu. Mereka bicara dalam sejumlah bahasa mulai dari bahasa Arab hingga bahasa Ibrani modern.

Menurut peneliti agama sekaligus imam Samaria, Hosni al-Samiri, orang Samaria juga fasih berbahasa Ibrani kuno, bahasa kitab suci Taurat.

Lihat Juga :
Kenapa Upin & Ipin Populer di RI dan Malaysia Gandrung Bahasa Gaul?

"Kami adalah Nablusis (dari Nablus)," kata al-Samiri kepada Anadolu Agency.

"Kami adalah bagian integral dari rakyat Palestina dan kami berterima kasih kepada umat Islam, yang selalu mendukung kami," ujarnya.

Menurut al-Samiri, pemimpin Muslim abad ke-12, Salah Eddin al-Ayyubi (dikenal di Barat sebagai "Saladin"), mengizinkan orang Samaria melakukan ritual keagamaan di Gunung Gerizim, usai mereka dicegah melakukannya oleh Bizantium selama 150 tahun.

Orang Samaria percaya Gunung Gerizim mewakili tempat paling suci bagi Bani Israil sejak peristiwa eksodus mereka dari Raja Firaun Mesir.

Lihat Juga :
Roket Katyusha Buatan Soviet yang Dipakai Hizbullah Bombardir Israel

"Gunung Gerizim, tempat paling suci bagi orang Samaria, disebutkan dalam Taurat berkali-kali, di mana ia disebut sebagai 'Beit El', atau 'Rumah Tuhan'," kata al-Samiri.

"Sebagai seorang peneliti agama, saya telah menghitung 120 referensi [dalam Taurat] tentang kesucian Gunung Gerizim, sementara tidak ada referensi asli tunggal mengenai kesucian Yerusalem," lanjut dia.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Menurut al-Samiri, orang-orang Yahudi telah memisahkan diri dari "iman asli". Dia menegaskan tak ada istilah 'orang Yahudi' dalam kitab Taurat, yang ada hanyalah orang-orang Bani Israil.

"Bangsa Israel memisahkan diri dari iman asli dan menetapkan Yerusalem sebagai tempat suci baru mereka," katanya.

"Ada ribuan perbedaan antara Taurat kuno dengan apa yang diklaim orang Yahudi [modern]. Mereka bahkan telah mengubah bahasa Ibrani," ujar al-Samiri.

Dalam pandangan al-Samiri, iman Samaria didasarkan pada lima pilar. Pertama, hanya ada satu Allah. Kedua, Musa adalah nabi Allah. Ketiga, otoritas lima kitab Taurat (Pentateuch). Keempat, kesucian Gunung Gerizim. Kemudian kelima, manusia suatu hari akan dihakimi oleh Tuhan pada hari perhitungan terakhir.

Lihat Juga :
Rwanda Disebut Negara Terbersih di Dunia Meski Pernah Konflik, Kenapa?

"Kami adalah keturunan sejati Beni Israel. Kata 'Samaria' secara harfiah berarti 'penjaga Hukum' dalam bahasa Ibrani," ujar al-Samiri.

Orang Samaria adalah orang Palestina

Sebagian besar orang Samaria memegang kewarganegaraan Palestina. Namun, karena kondisi geopolitik khusus di lokasi mereka tinggal, beberapa orang juga memegang kewarganegaraan Israel atau Yordania.

Al-Samiri menjelaskan orang Samaria secara kolektif menolak untuk melepaskan kewarganegaraan Palestina mereka untuk ditukar dengan kewarganegaraan penuh Israel.

Kendati begitu, mereka diminta memegang kewarganegaraan Israel jika ingin berkomunikasi dengan orang Samaria yang tinggal di Kota Holon, Israel.

"Tapi kami dipaksa untuk memegang kewarganegaraan Israel untuk berkomunikasi dengan sesama orang Samaria yang tinggal di kota Holon, Israel," kata al-Samiri.

Lihat Juga :
7 Negara dengan Bendera Warna Merah dan Putih

Total populasi komunitas Samaria hanya 785 orang. Mereka tersebar di antara Gunung Gerizim dekat Nablus dan Holon, yang terletak di dekat Tel Aviv, Israel tengah.

Jembatan perdamaian

"Orang Samaria tidak suka terlibat dalam politik dan lebih suka bertindak sebagai jembatan perdamaian antara orang Yahudi dan Palestina," kata al-Samiri.

Kendati begitu, kata Al-Samiri, beberapa orang Samaria yang tinggal di wilayah Palestina yang diduduki Israel bergabung dengan kelompok perlawanan sehingga banyak ditangkap oleh otoritas Israel.

Al-Samiri sendiri menegaskan dirinya mendukung solusi dua negara atas konflik menahun Israel-Palestina. Solusi dua negara adalah pembentukan negara Palestina dengan ibu kota di Yerusalem Timur, bersebelahan dengan Negara Israel.

"Kegagalan yang sedang berlangsung untuk mendirikan negara Palestina merdeka tetap menjadi ancaman bagi perdamaian global," katanya.